Jahe

Jahe, Penghangat Badan dan Obat Pencernaan

Jahe (Zingiber officinale) digunakan secara luas sebagai bumbu masakan

Rasa jahe yang tajam disebabkan oleh kandungan senyawa turunan fenilpropanoid, yaitu gingerol dan shogaol. Jahe bersifat merangsang pembentukan air liur (saliva).

FDA telah mengakui jahe sebagai herba yang secara umum aman digunakan, meskipun dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat, contohnya warfarin (obat anti pembekuan darah). Pasien dengan batu empedu sebaiknya menghindari jahe, karena dapat memacu pelepasan cairan empedu.

Pada percobaan dengan hewan di laboratorium, gingerol mampu menaikkan pergerakan saluran cerna dan juga memiliki khasiat analgesik (meredakan nyeri), sedatif, antipiretik (menurunkan panas), serta khasiat anti bakteri.

Zat kimia yang terkandung di jahe juga aktif terhadap sejenis diare yang merupakan salah satu penyebab kematian utama pada bayi di negara berkembang. Zingerone nampaknya senyawa kimia yang aktif terhadap E. coli penyebab diare.

Melalui berbagai penelitian, jahe terbukti mampu mengatasi rasa mual akibat mabuk laut, morning sickness, dan akibat kemoterapi.

di seluruh dunia. Bagian yang digunakan adalah rimpangnya. Di Indonesia, jahe adalah bahan utama untuk membuat wedhang jahe, suatu minuman penghangat badan. Jahe pada awalnya diketahui berasal dari Cina, kemudian menyebar ke India, Asia Tenggara, Afrika Barat, dan kepulauan Karibia.

Jahe mengandung lebih dari 3% minyak atsiri, yang membuatnya beraroma khas. Komponen penyusun utama jahe adalah seskuiterpenoid, dengan (-)-zingiberenesebagai zat utamanya. Seskuiterpenoid lain meliputi β-sesquiphellandrene,bisabolene, dan farnesene. Terdapat juga senyawa jenis monoterpenoid, yaitu β-phelladrene, cineol, dan citral dalam jumlah sedikit.

Tinggalkan komentar